ANTI POP
Nama yang kami ambil dari sebuah buku tebal berjudul Life Style Ecstacy yang merupakan cikal bakal awal terbentuknya band ini. Antipop terbentuk pada pertengahan tahun 2001 dan sempat fakum selama hampir 2 tahun. Setelah mencapai kata sepakat dengan perombakan formasi terdahulu akhirnya antipop kembali aktif di awal tahun 2004 dengan formasi yang lebih solid plus konsep musik yang berbeda dari sebelumnya.
Bebek (Vokal), Sorrow (Gitar), Kuzkuz (Gitar), Dodik (Bass) dan Agus (Drum) mencoba memadukan konsep berbeda antara musik Death Metal dan Punk yang pastinya akan menjadi konsep baru dr musik antipop kedepannya. sebagai pilihan, konsep musik Grindcore yang berdurasi kurang dari 2 menit dengan gaungan vokal yang garang, serta gebukan drum yang kencang dibalut dengan sound yang sedikit kasar, kritikan lirik identik dengan pemberontakan terhadap sistem dan tatanan sosial dalam skala domestik hingga skala yang paling besar sekalipun, kebijakan politik serta ideologi sebuah negara yang menjadi tema dan ciri baru dalam sentral musik antipop sampai saat ini. Antipop banyak di pengaruhi oleh band-band oldscul metal macam Brujeria, Napalam Death, Carscass, Gorefest, Death, Agatochles, Entombed, Suffocation, Kreator, Cannibal Corpse, Godflesh, Brutalitiy dll. Dengan modal seperti inilah kami akan meracuni publik metal-Underground Bali khususnya dan Indonesia umumnya.Sebuah alasan mengapa kami mengunakan nama ini dikarenakan, Budaya pop merupakan budaya vernakular yang diamalkan oleh masyarakat modern. Kebanyakannya isi budaya pop ditentukan oleh industri-industri yang menyebarkan bahan-bahan kebudayaan, umpamanya film, televisyen dan industri-industri penerbitan, termasuk media berita. Walau bagaimanapun, budaya pop tidak boleh hanya dianggap sebagai produk aggregat industri-industri saja; sebaliknya, ia merupakan hasil daripada interaksi yang berlangsung antara industri-industri tersebut dan orang-orang di dalam masyarakat yang menggunakan produk-produk itu. Inilah yang agaknya telah menjadi semacam filsafat di balik perangai praktik-praktik gaya hidup di tengah arus budaya pop hari ini. Gaya hidup dan budaya pop adalah sebuah korelasi yang kian menjadi suatu keniscayaan ketika di dalamnya juga media massa, terutama televisi, turut berperan dan menjadi penanda penting dalam membentuk histeria budaya konsumerisme. Meski pada batas-batas tertentu gaya hidup tidaklah bisa disebut bahwa ia mencakup seluruh pengalaman sosial, namun dengan seluruh kecenderungannya di tengah arus budaya pop dan budaya konsumerisme yang dihembuskan oleh media, gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern. Sebagai bagian dari pembentuk gaya hidup, budaya pop memaktubkan kekuatan provokasi dan seduksi-nya pada media massa, terutama iklan sebagai representasi citraan, karena itulah banyak disebut bahwa iklan adalah karya seni di abad 20.
Sebenaranya nama “ANTIPOP” ini merupakan sebuah simbul kecil atas perlawanan kami sebagai kaum minoritas atas banyaknya dampak negative yang dihasilkan & ditularkan ke masyarakat luas dengan cara tidak langsung melalui media yang bersifat massal. Ia, iklan, di tengah masyarakat kontemporer hari ini sesungguhnya tidaklah lagi berurusan dengan hal-hal yang sifatnya komersial, melainkan lebih menekan pada kekuatannya memproduksi dan mereproduksi citraan tentang sebuah realitas.
Tapi bagaimana pun budaya pop memang tak bisa kita negasikan, katakanlah atas nama demokrasi kebudayaan. Dalam kebudayaan poplah semua lapisan sosial hadir dan melebur tanpa kerumitan mengapresiasinya, ketimbang apa yang disebut orang dengan high-culture. Semuanya sudah mencair, demikian pula dalam persoalan global-lokal. Dalam konteks budaya pop dan korelasinya dengan fenomena gaya hidup, serta bagaimana seluruhnya itu dibangun oleh industrialisasi dan kapitalisme mutakhir yang menjadikan media sebagai agen ”propaganda”-nya inilah, budaya pop seringkali dicurigai sebagai sebuah kekuatan hegemonik yang fasis, ketika identitas dan imajinasi seseorang ditentukan dari atas.
Jelas semua ini ada pengaruhnya pada cara pandang terhadap realitas. Budaya pop membawa kita pada realitas yang serba permukaan. Realitas yang hanya sekadar kulit luarnya, realitas palsu, sebuah simulacra.
Free Download The Album Now CLIK
info clik here
Bebek (Vokal), Sorrow (Gitar), Kuzkuz (Gitar), Dodik (Bass) dan Agus (Drum) mencoba memadukan konsep berbeda antara musik Death Metal dan Punk yang pastinya akan menjadi konsep baru dr musik antipop kedepannya. sebagai pilihan, konsep musik Grindcore yang berdurasi kurang dari 2 menit dengan gaungan vokal yang garang, serta gebukan drum yang kencang dibalut dengan sound yang sedikit kasar, kritikan lirik identik dengan pemberontakan terhadap sistem dan tatanan sosial dalam skala domestik hingga skala yang paling besar sekalipun, kebijakan politik serta ideologi sebuah negara yang menjadi tema dan ciri baru dalam sentral musik antipop sampai saat ini. Antipop banyak di pengaruhi oleh band-band oldscul metal macam Brujeria, Napalam Death, Carscass, Gorefest, Death, Agatochles, Entombed, Suffocation, Kreator, Cannibal Corpse, Godflesh, Brutalitiy dll. Dengan modal seperti inilah kami akan meracuni publik metal-Underground Bali khususnya dan Indonesia umumnya.Sebuah alasan mengapa kami mengunakan nama ini dikarenakan, Budaya pop merupakan budaya vernakular yang diamalkan oleh masyarakat modern. Kebanyakannya isi budaya pop ditentukan oleh industri-industri yang menyebarkan bahan-bahan kebudayaan, umpamanya film, televisyen dan industri-industri penerbitan, termasuk media berita. Walau bagaimanapun, budaya pop tidak boleh hanya dianggap sebagai produk aggregat industri-industri saja; sebaliknya, ia merupakan hasil daripada interaksi yang berlangsung antara industri-industri tersebut dan orang-orang di dalam masyarakat yang menggunakan produk-produk itu. Inilah yang agaknya telah menjadi semacam filsafat di balik perangai praktik-praktik gaya hidup di tengah arus budaya pop hari ini. Gaya hidup dan budaya pop adalah sebuah korelasi yang kian menjadi suatu keniscayaan ketika di dalamnya juga media massa, terutama televisi, turut berperan dan menjadi penanda penting dalam membentuk histeria budaya konsumerisme. Meski pada batas-batas tertentu gaya hidup tidaklah bisa disebut bahwa ia mencakup seluruh pengalaman sosial, namun dengan seluruh kecenderungannya di tengah arus budaya pop dan budaya konsumerisme yang dihembuskan oleh media, gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern. Sebagai bagian dari pembentuk gaya hidup, budaya pop memaktubkan kekuatan provokasi dan seduksi-nya pada media massa, terutama iklan sebagai representasi citraan, karena itulah banyak disebut bahwa iklan adalah karya seni di abad 20.
Sebenaranya nama “ANTIPOP” ini merupakan sebuah simbul kecil atas perlawanan kami sebagai kaum minoritas atas banyaknya dampak negative yang dihasilkan & ditularkan ke masyarakat luas dengan cara tidak langsung melalui media yang bersifat massal. Ia, iklan, di tengah masyarakat kontemporer hari ini sesungguhnya tidaklah lagi berurusan dengan hal-hal yang sifatnya komersial, melainkan lebih menekan pada kekuatannya memproduksi dan mereproduksi citraan tentang sebuah realitas.
Tapi bagaimana pun budaya pop memang tak bisa kita negasikan, katakanlah atas nama demokrasi kebudayaan. Dalam kebudayaan poplah semua lapisan sosial hadir dan melebur tanpa kerumitan mengapresiasinya, ketimbang apa yang disebut orang dengan high-culture. Semuanya sudah mencair, demikian pula dalam persoalan global-lokal. Dalam konteks budaya pop dan korelasinya dengan fenomena gaya hidup, serta bagaimana seluruhnya itu dibangun oleh industrialisasi dan kapitalisme mutakhir yang menjadikan media sebagai agen ”propaganda”-nya inilah, budaya pop seringkali dicurigai sebagai sebuah kekuatan hegemonik yang fasis, ketika identitas dan imajinasi seseorang ditentukan dari atas.
Jelas semua ini ada pengaruhnya pada cara pandang terhadap realitas. Budaya pop membawa kita pada realitas yang serba permukaan. Realitas yang hanya sekadar kulit luarnya, realitas palsu, sebuah simulacra.
Free Download The Album Now CLIK
info clik here




